Eddy Heraldy yang masih menjabat dosen di FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tersebut mencermati residu air limbah dari unit desalinasi air laut untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
“Banyak limbah mencemari lingkungan. Ironisnya, limbah itu muncul karena kinerja alat industri yang belum efisien,” papar Edy ketika mempertahankan disertasinya yang berjudul Sintesis Senyawa Hydrotalcite-Like Berbahan Dasar Magnesium Dari Brine Water dan Uji Kemampuannya Sebagai Sorben Spesies Organik Anionik, pada ujian terbuka di FMIPA UGM, Sabtu (9/10/2010) kemarin.
Dia menambahkan dalam operasi PLTU diperlukan air bersih dalam kapasitas besar melalui proses desalinasi air laut itu. Persoalan muncul karena dari proses desalinasi itu dihasilkan brine water berupa residu 60 persen air laut yang tidak termanfaatkan. Brine water itu mengandung logam-logam jenis alkali dan tanah dalam kadar tinggi.
Dicontohkan PLTU Tanjung Balai B Jepara Jawa Tengah membangkitkan listrik dengan daya total terpasang 1.320 MW perlu air laut 320 meterkubik per jam. Namun, residu brine water yang dihasilkan mencapai 200 meterkubik per jam. Dengan kecenderungan Indonesia melakukan pembangunan PLTU hingga kapasitas 10.000 MW, potensi konsentrat alkali dan alkali tanah yang dikirim ke laut makin besar.
“Ini artinya semakin banyak PLTU di Indonesia yang umumnya berada dekat pantai, makin banyak brine water yang tidak termanfaatkan, padahal biaya untuk proses desalinasi itu sangat mahal,” papar pria kelahiran Jakarta, 5 Maret 1964 itu.
Melalui riset doktornya dengan supervisor Prof Dr Triyono, Prof Dr Sri Juari, dan Prof Dr Karna Wijaya dari FMIPA Kimia UGM telah fokus mencari pemanffaatan brine water hasil desalinasi itu. Melalui risetnya, dia berhasil mensintesa suatu senyawa mirip hidrotalsit (hydrotalcite-like) yang diperoleh dari magnesium, salah satu logam alkali tanah utama pada brine water. Senyawa hidrotalsit ini dapat dipakai sebagai penyerap (sorben), prekursor katalis, katalis dan eksipien industri farmasi.
“Jadi dalam residu brine water terdapat bahan penyerap limbah. Bila magnesium dari brine water diambil dan ditambah dengan senyawa aluminium, maka ada potensi solusi bagi usaha penanggulangan limbah industri melalui produksi absorben dari bahan magnesium residu PLTU,” kata Edy.
Melalui ujian promosinya ini Edy Heraldy membuktikan bahwa bahan hidrotalsit dapat disintesa dari bahan magnesium yang diperoleh dari residu brine water PLTU. Ia berkeyakinan bahwa absorben berbahan hidrotalsit, eksipien farmasi dan katalis reaksi kimia dapat dibuat melalui home industri di sekitar PLTU. Dengan demikian, potensi ekonomi masyarakat di sekitar PLTU dapat diberdayakan, seperti halnya membuat garam yang telah dikenal masyarakat.
Pada ujian yang juga dihadiri oleh Dekan serta Pembantu Dekan FMIPA UNS Surakarta tersebut Edy berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar