BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila adalah ikan yang hanya dapat hidup pada air hangat. Ikan nila ini berasal dari Afrika dan diperkenalkan di Indonesia sekitar 30 tahun oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Budidaya ikan nila dapat dipelihara pada kolam, danau, sungai yang berada di desa atau luar kota yang airnya bersih.
Jenis nila yang masuk ke Indonesia pertama kali adalah jenis oreochromis niloticus dan nila jenis mozambigue atau lebih dikenal dengan mujair. Jenis nila ini banyak di sebarkan oleh BBPBAT ke seluruh tanah air.
Keuntungan dari budidaya nila adalah kemampuan untuk bereproduksi cukup tinggi. Antara 2-3 bulan dari bibit, ikan nila sudah dewasa dan dapat menghasilkan telur setiap bulan satu kali. Sifat ikan nila yang cepat menghasilkan anak ikan, menyebabkan kelebihan populasi ikan nila dalam kolam, yang berdampak pada pertumbuhan ikan yang lambat. Hal ini dapat dilihat bada saat panen ikan nila, ukuran ikan nila terdapat berbagai ukuran dari ikan kecil-kecil, sedang, dan besar.
Ikan nila jantan akan terlihat lebih besar dari ikan nila betina. Menurut BBPBAT perbedaan pertumbuhan ikan nila jantan dan nila betina selisih 40%. Lambatnya pertumbuhan betina di karenakan sifat alaminya untuk menghasilkan anan-anak ikan. Pada saat nila bertelur, saat itu juga ikan nila betina tidak makan selama kira-kira kurang dari 10 hari. Yang dilakukan oleh induk nila betina adalah menjaga larva dalam mulutnya sampai ukuran cukup besar untuk dibiarkan oleh induknya. Reproduksi ini terjadi pada kolam air tanah atau kolam semen yang airnya tenang.
Budidaya ikan nila di jaring apung dan air deras dapat mengurangi reproduksi ikan kecil, karena proses pemijahan sulit untuk dilakukan, sehingga telur-telur ikan nila betina akan hanyut dan tidak adanya tempat yang tenang untuk jantan membuat sarang dan membuahi telur-telur nila.
Untuk memproduksi nila yang cepat besar yaitu nila jantan dapat dilakukan beberap hal:
Pertama, memisahkan anak nila jantan untuk dipersiapkan dalam pembesaran. Hal ini tidak mudah karena tidak efesien dalam jumlah yang banyak dan umumnya pembudidaya ikan kurang mengenal mana jenis betina dan jantan.
Kedua, melakukan kawin silang untuk mendapatkan jenis induk yang bisa menghasilkan anak ikan jantan. Tehnik ini dilakukan dengan penelitian yang seksama dan ujicoba yang tidak mudah. Memerlukan peralatan yang canggih, melalui test laboratorium untuk mempelajari hormon XX yaitu betina dan XY jantan.
Ketiga, cara yang paling mudah dan sedikit mahal yaitu dengan metode mengubah jenis betina menjadi jantan dengan mengunakan hormone sex reversal pada larva ikan nila. Cara ini banyak digunakan dalam budidaya monoculture karena dapat praktekkan oleh siapa saja.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui jumlah telur dari seekor hewan uji, mengetahui ukuran telur terhadap perkembangan individu menjelang pemijahan, serta menduga atau studi dalam menduga produktifitas dan potensi produksi dari kelompok ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia ) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. untuk mengantisipasi kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( Sex-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak. Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
Ada segi positif dari budidaya ikan nila di tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepatdibandingkan di kolam atau di jaring apung. Ikan nila ukuran 5-8 cm yang dibudidayakan di tambak selam 2,5 bulan dapat mencapai 200 g, sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 4 bulan.
Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh kerena itu, ikan nila layak untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industri fillet dan bentuk-bentuk olahan lain.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum biologi perikanan ini dilaksanakan;
Hari/Tanggal : Senin, 21 Maret 2011
Tempat : LAB. Biologi Perikanan Gd. Agronomi, Lt.2
Pukul : 15:30
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah;
Alat:
* Tabung reaksi
* Gelas ukur 10 ml
* Alat tulis
* Penggaris
* Nampan/baki
* Kain lap
* Tisu
* Seperangkat alat bedah
Bahan:
* Ikan
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum tingkat kematangan gonad yaitu :
- Letakan ikan nila di baki
- Kemudian hitung data morphometrik seperti panjang total (TL), panjang baku (
SL), panjang fork ( FL), panjang kepala ( HdL), lebar/tinggi badan ( BdH)
|
- kemudian masukkan sebahagian telur tersebut ke dalam beaker glass yang
sudah di isi air sebelum nya.
- Hitung berapa perubahan tinggi air untuk melihat volume tekur nya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data Morphometrik :
Panjang kepala (HdL) : 5 cm
Panjang baku (SL) : 14,5 cm
Panjang fork (FL) : 17,5 cm
Panjang total (TL) : 18 cm
Tinggi badan (BdH) : 5,5 cm
Panjang gonad : 3,5 cm
Jumlah telur menggunakan Metode volumetric :
X : x = V : v
Dimana :
V = V¬air+gonad – Vair awal
= 20 ml – 10 ml
= 10 ml
v = Vair+gonad contoh – Vair awal
= 5,5 ml – 5 ml
= 5 ml
x = 188 butir
X = V . x
v
= 10 . 188
0,5
= 3760 butir
Panjang kepala (HdL) : 5 cm
Panjang baku (SL) : 14,5 cm
Panjang fork (FL) : 17,5 cm
Panjang total (TL) : 18 cm
Tinggi badan (BdH) : 5,5 cm
Panjang gonad : 3,5 cm
Jumlah telur menggunakan Metode volumetric :
X : x = V : v
Dimana :
V = V¬air+gonad – Vair awal
= 20 ml – 10 ml
= 10 ml
v = Vair+gonad contoh – Vair awal
= 5,5 ml – 5 ml
= 5 ml
x = 188 butir
X = V . x
v
= 10 . 188
0,5
= 3760 butir
4.2. Pembahasan
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili : Cichildae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
· Ikan Nila (Oreochromis sp) termasuk jenis hewan vertebrata.
· Ikan nila mempunyai ciri khusus yaitu inter musculla born, ususnya
panjang, terdapat lapisan lemak
· Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk uubuh
memanjang dan pipih kesamping, dan warna kehitaman
· Seluruh badan ikan nila mempunyai sisik dan mempunyai gurat sisi
5.2 Saran
Ikan Nila adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi nila. Nila disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah.
Dari sisi budidaya, Nila relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Oleh karena harus terus dilakukan pengembangan penelitian agar spesies ikan ini tetap terjaga walaupun terus dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Arie Usni. 2008, morfologiikanmas. http://www.solusiikanmas.blogspot.com
diakses tanggal 26 Maret 2011
http://www.hobiikan.blogspot.com. diakses tanggal 26 Maret 2011
http://www.ikanmania.wordpress.com. diakses tanggal 26 Maret 2011
http://www.rahasiakeluarga.com. diakses tanggal 26 Maret 2011
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar