Jakarta - Gunung sampah di Bantar Gebang, Bekasi, tidak selamanya dilihat sebagai masalah. Siapa yang sangka, sampah kotor dan bau yang dibuang warga Jakarta bisa dijadikan energi listrik berkekuatan 4 megawatt.
Tentunya, tidak begitu saja sampah ini bisa asal menghasilkan tenaga listrik. Ada pengolahan khusus di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang untuk mengubah kandungan gas metan dari sampah.
"Sampah, khususnya yang organik ini, menghasilkan cairan yang dianggap orang sangat beracun. Cairan ini mengandung gas metan dan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar mesin pembangkit listrik," kata Direktur Utama PT Godang Tua Jaya, Rekson Sitorus, rekanan Pemprov DKI Jakarta di TPST Bantar Gebang kepada detikcom di kantornya, Kamis (2/7/2010) lalu.
Sitorus menjelaskan, untuk membangun pembangkit listrik bertenaga gas metan ini
pihaknya menggandeng PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI). Dalam pembangunan instalasi listrik ini ditaksir akan menelan biaya investasi dari sejumlah investor sekitar Rp 700 miliar.
Bahkan, mesin pembangkit listrik buatan Amerika Serikat pun telah terpasang, yaitu dua gas engine, fuel skid, flare stack dan trafo yang akan menghasilkan listrik kekuatan 4 megawatt itu. Dua mesin lagi akan dipasang pada tahun 2011, sehingga listrik yang dihasilkan bisa mencapai 19 megawatt.
"Diharapkan nantinya, ini menurut penelitian sejumlah pengamat, gas metan di sini bisa menghasilkan 26 Megawatt. Bayangkan kekuatannya, tapi sementara dengan terpasang dua mesin ini sementara akan menghasilkan listrik berkekuatan 4 megawatt. Proyek ini tentunya kerjasama dengan PT PLN juga, karena untuk distribusi kewenangannya ada di mereka, karena PLN sekarang sudah memasang gardu di TPST ini," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan Pemprov DKI Jakarta, Eko Bharuna menjelaskan, listrik yang akan dihasilkan dari gas metan sampah ini tentunya setiap tahun akan terus ditingkatkan. "Untuk tahun ini mungkin bari 4 megawatt dulu, diharapkan setiap tahunnya akan terus ditingkatkan sampai 26 megawatt pada tahun 2014. Tentunya, proyek ini akan menelan investasi yang sangat besar yang akan dibayai para investor," jelasnya.
Eko mengatakan, awalnya muncul ide membuat pembangkit listrik ini sebenarnya untuk kebutuhan internal di lingkungan TPST Bantar Gebang saja. Ini merupakan perjalanan panjang setelah pengoperasian 20 tahun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang. Sejak 2008 lalu, Pemrpov DKI Jakarta menggandeng dua investor mengelola sampah di TPST Bantar Gebang, termasuk membangun pembangkit listrik ini.
Pemprov DKI Jakarta, lanjut Eko, juga tetap meneruskan renncana membangun sarana pengolahan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF) di wilayah Jakarta. Upaya pengelolaan sampah ini sesuai dengan amanat UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah. PT Godang Tua Jaya, yang merupakan pemain lama di bidang sampah pun digandeng untuk mengelola TPST Bantar Gebang hingga 15 tahun ke depan hingga tahun 2023.
Untuk pembangunan pembangkit listrik ini, PT Godang Tua Jaya juga melakukan join
operasi dengan PT NOEI dan Sindicatum Capital Carbon serta Organic International
Limited. PT NOEI sendiri dinilai memiliki pengalaman dalam pengolahan sampah menjadi energi listrik ketika mengelola Instalasi Pengelolaan sampah Terpadu (IPST) Sarbagita, Suwung, Denpasar, Bali.
Penerapan teknologi dalam pengelolaan TPA sebelumnya sudah dilakukan Pemkot Bekasi di TPA Sumur Batu sejak tahun lalu. Bahkan Pemkot Bekasi telah menggandeng PT Gikoko Kogyo Indonesia untuk mengolah gas metan hasil pembusukan sampah dengan teknologi pembakaran atau Landfill Gas Flaring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar