Perpecahan Negara Arab Penyebab Israel Serang Gaza
Info Dunia - Ulama Islam terkemuka yang juga ketua persatuan ulama Muslim internasional (al-ittihad al-'alami li 'ulama al-muslimin), Syeikh Dr. Yusuf al-Qaradhawi memuji sikap tegas PM Turki Recep Tayep Erdogan di forum Davos (1/12) kemarin.
Di forum ekonomi internasional tersebut, Erdogan melakukan aksi
walkout sebagai bentuk protes terhadap forum yang "memotong" jatah waktu
bicaranya. Erdogan juga mengkritik keras pernyataan Presiden Israel
Shimon Peres yang juga hadir dalam forum tersebut dan mengemukakan
pledoi atas serangan Israel ke Gaza.
Sikap Erdogan tersebut tak pelak mengundang banyak simpati dari para
pecinta kemanusiaan di berbagai penjuru dunia, utamanya dari kalangan
umat Muslim. Syeikh Yusuf al-Qaradhawi mengatakan sikap Erdogan sebagai
"sikap lelaki sejati".
Ulama kelahiran Mesir yang kini menetap di Doha itu juga mengecam
Amru Musa, Sekjen Liga Arab yang juga hadir dalam forum Davos namun
bersikap terbalik dengan Erdogan. Saat berbicara, Musa justru sama
sekali tidak mengecam Israel, dan saat bicara Gaza pun ia tak demikian
jelas. Setelah Erdogan hengkang, Musa justru masih tetap duduk manis di
samping Ban Ki-Moon dan Shimon Perez.
"Seharusnya, sebagai pemimpin Liga Arab, Amru Musa memiliki sikap
yang lebih tegas dari pemimpin bangsa Turki itu, atau paling tidak
melakukan hal sama [walk out] seperti Erdogan," ungkap Syeikh
al-Qaradhawi sebagaimana dilansir Islamonline.
Amru Musa sendiri berasalan jika ia tidak mungkin bisa mengikuti
Erdogan meninggalkan forum Davos. "Tidak mungkin jika di forum tersebut
tidak ada perwakilan Arab," terang Musa kepada Aljazeera (30/11).
"Saya telah bersikap tepat, di forum tersebut Arab bisa menyampaikan pandangannya terkait berbagai permasalahan," tambah Musa.
Selain itu, Syeikh lulusan Universitas Al-Azhar Mesir itu juga
menyoroti keadaan "futur" dan lemahnya nilai tawar negara-negara Arab.
"Keadaan negara-negara Arab yang melemah inilah yang menjadikan Isarel
pada akhirnya berani mengambil keputusan untuk menyerang Gaza."
Semenjak masa kemerdekaan, wilayah Arab, mulai dari Afrika Utara,
Mesir, Afrika Hitam, Semenanjung Arabia (Hijaz), Syam, hingga Irak,
telah menjadi negara-negara kecil yang berjumlah lebih dari 10.
Sayangnya, tak ada keseimbangan dan kesinambungan yang ideal antar
negara-negara tersebut. Antar satu dengan negara lain justru bahkan
terlibat konflik, dan tak jarang perang fisik. Keadaan "pecah belah"
inilah yang sejatinya menjadikan keberadaan dunia Arab semakin melemah.
Presiden Libya, Moammar al-Qadzdzafi, pernah mengkritik kondisi tak
menyenangkan ini. Ia menyatakan jika "ittafaqa al-arab fi ma la
yuttafaq, wa ikhtalafu al-arab fi ma uttufiq (orang-orang Arab justru
silih berbeda dalam hal-hal yang seharusnya disepakati, namun mereka
justru 'bersatu' atas hal-hal yang seyogyanya tak disepakati."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar