Aer Terkini - Yosodiharjo seolah tidak merasakan lelahnya perjalanan dari Surabaya sepanjang malam. Tujuannya satu, mendapatkan air dari sebuah makam ulama. Berdesak-desakan dengan orang lain, pria paruh baya itu pun akhirnya mendapatkan air yang memancar dari makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi.
Yosodiharjo memang tidak sendirian. Makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi di Jl Kramat V, Jakarta Pusat, memang terus kebanjiran pengunjung dalam seminggu ini. Ada yang penasaran ingin berziarah atau hanya sekadar melihat makam yang menghebohkan karena mengalirnya air dari bawah makam ayah Habib Ali Kwitang tersebut.
"Saya sengaja datang ke sini penasaran ingin melihat air keramat dari makam Habib Abdurahman. Mungkin saja air ini mengandung berkah karena secara tiba-tiba memancar dari makam seorang ulama," jelas Yosodiharjo, kepada detikcom, Selasa (5/7/2010).
Pria berusia 45 tahun tersebut datang seorang diri dari Surabya ke makam Habib Abdurahman untuk berziarah sambil mengambil air yang dianggap keramat tersebut untuk ngalap berkah. Apalagi habib yang dimakamkan tersebut merupakan orang tua dari Habib Ali Al Habsyi (Habib Kwitang) yang namanya terkenal hingga ke Jawa Timur.
Menurut Abdurahman bin Muhdor, ahli waris makam, Habib Abdurahman merupakan seorang pedagang sekaligus penyebar agama Islam yang lahir di Semarang. Habib Abdurahman merupakan putra dari Habib Abdullah Al Habsyi, kelahiran Hadramaut, Yaman yang bermukim di Pontianak, Kalimantan Barat.
Habib Abdullah wafat ketika kapal yang akan mengantarnya pulang ke Pontianak karam sekitar tahun 1870-an. Nah, setelah ayahnya wafat, Abdurahman kemudian hijrah ke Jakarta untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam di tanah Betawi.
Saat di Jakarta, Abdurahman menikah dengan seorang gadis Betawi yang berasal dari Jatinegara. Gadis itu bernama Salmah. Dari pernikahannya dengan Salmah tersebut kemudian lahir Habib Ali dan Habib Abdul Kadir.
Kabarnya, ketika akan melahirkan Habib Ali, Nyai Salmah bermimpi menggali sumur yang mengeluarkan air meluap dan membanjiri sekelilingnya. Habib Abdurrahman yang mendengar mimpi istrinya segera menemui Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, meminta pendangan. Menurut sahabatnya itu, mimpi tersebut merupakan pertanda kalau Habib Abdurahman akan menapatkan seorang putra yang shaleh dan ilmunya melimpah-limpah keberkatannya.
Anak pertama Habib Abdurahman itu kemudian lahir pada hari Minggu 20 Jumadil Awal 1286 bertepatan tanggal 20 April 1870. Anak tersebut kemudian diberi nama Ali bin Abdurrahman Al Habsyi. Habib Ali inilah yang kemudian melanjutkan dakwah ayahnya. Habib Ali kemudian membuka majelis di daerah Kwitang yang sampai saat ini dikenal dengan nama Majelis Kwitang.
Selain memiliki putra yang pandai dalam ilmu agama, Habib Abdurahman juga memiliki banyak murid yang pandai dalam mengembangkan agama Islam, khususnya di
wilayah Jakarta. Salah satu murid Habib Abdurahman yang paling tersohor adalah
Habib Ahmad Bin alwi Al hadad yang dikenal dengan Habib Kuncung. Habib Kuncung, yang dimakamkan di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan, kata Abdurahman bin Muhdhor, selama ini dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu agama yang tinggi dan memiliki karamah.
"Salah satu karamahnya, apabila ada sesorang yang mengalami kesulitan dan sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba-tiba," jelas Abdurahman.
Kesohoran ilmu yang dimiliki Habib Ali Kwitang (putranya) serta Habib Kuncung (muridnya), telah menyebar ke penjuru Jakarta dan sekitarnya. Tak heran setiap minggu banyak masyarakat yang mengikuti pengajian serta berziarah di majelis yang didirikan kedua ulama tersebut.
Kondisi berbeda justru terjadi di makam sang ayah, yaitu Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsy. Ulama yang wafat pada 1881 tersebut, selama ini makamnya hanya didatangi beberapa orang saja untuk berziarah. Makam ini barulah ramai seminggu ini ketika mengeluarkan air yang dianggap keramat, saat makam ini digali untuk dipindahkan.
"Sekarang orang berduyun-duyun datang ke sini karena ada air yang tiba-tiba
mengucur dari makam. Sebelumnya paling hanya 5 orang yang datang untuk ziarah,"
kata generasi ke-4 Habib Abdurahman tersebut.
Soal munculnya air yang tiba-tiba itu, tentu saja mengagetkan pihak keluarga. Ini seperti mimpi Nyai Salmah saat hendak melahirkan Habib Ali. Selain itu, beberapa tahun lalu keluarga sempat menggali sumur di areal sekitar makam, namun tidak kunjung menemukan sumber air. Tapi entah kenapa ketika makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi akan dibongkar air tiba-tiba mengucur dengan deras.
Sekalipun dianggap ajaib, namun pihak keluarga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mengkultuskan air tersebut. "Munculnya air tersebut mungkin untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk bertaqwa kepada Allah. Jangan justru mengkultuskan air tersebut," tutup Abdurahman bin Muhdhor.
Yosodiharjo memang tidak sendirian. Makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi di Jl Kramat V, Jakarta Pusat, memang terus kebanjiran pengunjung dalam seminggu ini. Ada yang penasaran ingin berziarah atau hanya sekadar melihat makam yang menghebohkan karena mengalirnya air dari bawah makam ayah Habib Ali Kwitang tersebut.
"Saya sengaja datang ke sini penasaran ingin melihat air keramat dari makam Habib Abdurahman. Mungkin saja air ini mengandung berkah karena secara tiba-tiba memancar dari makam seorang ulama," jelas Yosodiharjo, kepada detikcom, Selasa (5/7/2010).
Pria berusia 45 tahun tersebut datang seorang diri dari Surabya ke makam Habib Abdurahman untuk berziarah sambil mengambil air yang dianggap keramat tersebut untuk ngalap berkah. Apalagi habib yang dimakamkan tersebut merupakan orang tua dari Habib Ali Al Habsyi (Habib Kwitang) yang namanya terkenal hingga ke Jawa Timur.
Menurut Abdurahman bin Muhdor, ahli waris makam, Habib Abdurahman merupakan seorang pedagang sekaligus penyebar agama Islam yang lahir di Semarang. Habib Abdurahman merupakan putra dari Habib Abdullah Al Habsyi, kelahiran Hadramaut, Yaman yang bermukim di Pontianak, Kalimantan Barat.
Habib Abdullah wafat ketika kapal yang akan mengantarnya pulang ke Pontianak karam sekitar tahun 1870-an. Nah, setelah ayahnya wafat, Abdurahman kemudian hijrah ke Jakarta untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam di tanah Betawi.
Saat di Jakarta, Abdurahman menikah dengan seorang gadis Betawi yang berasal dari Jatinegara. Gadis itu bernama Salmah. Dari pernikahannya dengan Salmah tersebut kemudian lahir Habib Ali dan Habib Abdul Kadir.
Kabarnya, ketika akan melahirkan Habib Ali, Nyai Salmah bermimpi menggali sumur yang mengeluarkan air meluap dan membanjiri sekelilingnya. Habib Abdurrahman yang mendengar mimpi istrinya segera menemui Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, meminta pendangan. Menurut sahabatnya itu, mimpi tersebut merupakan pertanda kalau Habib Abdurahman akan menapatkan seorang putra yang shaleh dan ilmunya melimpah-limpah keberkatannya.
Anak pertama Habib Abdurahman itu kemudian lahir pada hari Minggu 20 Jumadil Awal 1286 bertepatan tanggal 20 April 1870. Anak tersebut kemudian diberi nama Ali bin Abdurrahman Al Habsyi. Habib Ali inilah yang kemudian melanjutkan dakwah ayahnya. Habib Ali kemudian membuka majelis di daerah Kwitang yang sampai saat ini dikenal dengan nama Majelis Kwitang.
Selain memiliki putra yang pandai dalam ilmu agama, Habib Abdurahman juga memiliki banyak murid yang pandai dalam mengembangkan agama Islam, khususnya di
wilayah Jakarta. Salah satu murid Habib Abdurahman yang paling tersohor adalah
Habib Ahmad Bin alwi Al hadad yang dikenal dengan Habib Kuncung. Habib Kuncung, yang dimakamkan di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan, kata Abdurahman bin Muhdhor, selama ini dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu agama yang tinggi dan memiliki karamah.
"Salah satu karamahnya, apabila ada sesorang yang mengalami kesulitan dan sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba-tiba," jelas Abdurahman.
Kesohoran ilmu yang dimiliki Habib Ali Kwitang (putranya) serta Habib Kuncung (muridnya), telah menyebar ke penjuru Jakarta dan sekitarnya. Tak heran setiap minggu banyak masyarakat yang mengikuti pengajian serta berziarah di majelis yang didirikan kedua ulama tersebut.
Kondisi berbeda justru terjadi di makam sang ayah, yaitu Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsy. Ulama yang wafat pada 1881 tersebut, selama ini makamnya hanya didatangi beberapa orang saja untuk berziarah. Makam ini barulah ramai seminggu ini ketika mengeluarkan air yang dianggap keramat, saat makam ini digali untuk dipindahkan.
"Sekarang orang berduyun-duyun datang ke sini karena ada air yang tiba-tiba
mengucur dari makam. Sebelumnya paling hanya 5 orang yang datang untuk ziarah,"
kata generasi ke-4 Habib Abdurahman tersebut.
Soal munculnya air yang tiba-tiba itu, tentu saja mengagetkan pihak keluarga. Ini seperti mimpi Nyai Salmah saat hendak melahirkan Habib Ali. Selain itu, beberapa tahun lalu keluarga sempat menggali sumur di areal sekitar makam, namun tidak kunjung menemukan sumber air. Tapi entah kenapa ketika makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi akan dibongkar air tiba-tiba mengucur dengan deras.
Sekalipun dianggap ajaib, namun pihak keluarga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mengkultuskan air tersebut. "Munculnya air tersebut mungkin untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk bertaqwa kepada Allah. Jangan justru mengkultuskan air tersebut," tutup Abdurahman bin Muhdhor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar