Senin, 26 Juli 2010

Penemuan Wanita Kuno Imigran Amerika Dianggap Berasal dari Asia Tenggara Diperdebatkan


Penemuan Wanita Kuno Imigran Amerika Dianggap Berasal dari Asia 
Tenggara Diperdebatkan
Aer Terkini – INSTITUT ANTROPOLOGI dan Sejarah Nasional Meksiko, pada Kamis (22/07/2010) kemarin, telah merilis foto rekonstruksi seorang wanita yang tinggal di pantai Karibia Meksiko yang hidup sekitar 10 ribu hingga 12 ribu tahun yang lalu. Dari gambaran tersebut, wanita itu tengah mengintip keluar (gua) seperti sebuah film pendek, dimana dia terlihat sigap dengan rambut yang mulai sedikit memutih.



Rekonstruksi ilmiah dari salah satu set peninggalan tertua manusia yang ditemukan di Amerika itu muncul untuk mendukung teori yang begitu diyakini oleh para antropolog bahwa orang-orang pertama yang datang dari belahan bumi dan bermigrasi ke Amerika berasal dari area yang lebih luas dan dalam waktu yang relatif singkat.

Akan tetapi, pemerintah Amerika sedikit kecewa menanggapi para arkeolog yang dipimpin oleh Alejandro Terrazas itu, karena gambar tersebut malah membuat jejak sejarahnya menjadi lebih rumit, dan rekonstruksi tampak lebih menyerupai orang-orang dari daerah Asia tenggara seperti wajah orang Indonesia.

“Sejarah tidak sesederhana itu,” kata Terrazas. “Hal ini menunjukkan bahwa Amerika dihuni oleh beberapa gerakan migrasi, tidak hanya satu atau dua gelombang dari Asia utara yang melintasi Selat Bering.”
Beberapa ahli luar mengingatkan Terrazas bahwa bukti tersebut tidak konklusif.

Hal itu juga ditegaskan oleh Ripan Malhi, seorang asisten profesor antropologi dari Universitas Illinois yang mengatakan, “Menggunakan rekonstruksi wajah untuk menetapkan keturunan seorang individu tidak sekuat menggunakan DNA kuno yang dapat menilai suatu keturunan individu, karena lingkungan dapat mempengaruhi sifat-sifat wajah. ”


Penemuan Wanita Kuno Imigran Amerika Dianggap Berasal dari Asia 
Tenggara Diperdebatkan
“Hingga saat ini, semua bukti genetika untuk manusia Asia Timur Laut merupakan sumber utama yang kuat untuk penduduk asli Amerika,” kata Malhi.

Namun, ada beberapa kesempatan untuk menggunakan DNA atau metode lain untuk mengidentifikasi asal-usul penghuni pertama karena ada beberapa kerangka lain yang berusia 10.000 tahun lalu yang masih selamat.

Wanita yang menjadi bagian dari rekonstruksi ilmiah itu dikenal sebagai “La Mujer de las Palmas,” atau “The Woman of the Palms.” Jasadnya ditemukan oleh penyelam di gua sinkhole dekat Karibia resor di Tulum dan kembali dibersihkan pada tahun 2002.

Gua tempat wanita itu meninggal atau dikubur tergenang air, hingga membuat kerangka-nya hanya dapat utuh 90 persen. Arkeolog dan antropolog memprediksikan usia fisik wanita itu ketika meninggal berusia 44 sampai 50 tahun, dengan panjang sekitar 5 kaki (1,52 meter) dan beratnya sekitar 128 pound (58 kilogram).
Para ahli juga mengukur fitur tengkorak dan menghitung lapisan otot dan jaringan lain yang pada awalnya menutupi wajah wanita itu, yang membantu sebagai panduan bagi para ahli untuk menganalisis model paleo-antropologi di Daynes Atelier di Perancis lebih dalam.

Model tersebut menunjukkan seorang wanita gemuk dan mengenakan jubah yang panjangnya sederhana. Dia memiliki wajah yang lebar, pipi menonjol, bibir tipis, dan sedikit tanda lipatan mata di epicanthic yang menjadi ciri dari populasi Asia modern.

“Dari struktur tubuhnya, kulit dan matanya mirip dengan populasi Asia Tenggara,” kata lembaga dari Meksiko itu.
Susan Gillespie, seorang profesor antropologi dari University Florida, mencatat bahwa sementara teori jembatan Bering tanah masih memerlukan penelitian lanjut. Dia juga memperingatkan bahwa merekonstruksi wajah yang berusia 10.000 tahun lalu untuk membandingkan populasi modern di tempat-tempat seperti Indonesia, yang juga mungkin berubah lebih dari 10 ribuan tahun itu, memerlukan kajian dan sambungan yang kuat.

“Anda harus menemukan kerangka jangka waktu yang sama di Asia, atau menggunakan rekonstruksi genetik, untuk membuat sambungan kuat, dan tidak bisa mengandalkan populasi modern,” kata Susan kepada Terrazas . “Apakah sekarang kita telah memiliki data empiris mengenai wanita Asia Tenggara yang tampak seperti 10.000 tahun yang lalu?” kata Susan mengingatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar