Pisau di Mulut Penguasa Puisi Syamsul Noor Al-Sajidi
paras kotaku memantul di langit
mewakili kotamu, kota isteriku, dan semua kota
para pemimpi dan pelacur peradaban masih sibuk
mendiskusikan persentase dan komisi
mereka saling berkedip di dalam keranda rutinitas
antara hadiah, upeti, suap, dan korupsi
mewakili kotamu, kota isteriku, dan semua kota
para pemimpi dan pelacur peradaban masih sibuk
mendiskusikan persentase dan komisi
mereka saling berkedip di dalam keranda rutinitas
antara hadiah, upeti, suap, dan korupsi
di celacela konstitusi mereka bersembunyi
di sini kami membeli ktp dan bertelanjang dada
memanggul janjijanjimu tentang kekuasaan
ketika engkau senandungkan irama pelipur lara
lalu kau iklankan sebagai lagu pembangunan
kalian abai lagu itu akan melahirkan sejarah
tuan, engkau keliru menilai kesempatan
di bawah reruntuhan gedung ambisimu itu
kalian berhayal bisa menimbuni kepatuhan kami
melalui hitungan angka-angka beku statistik
sedangkan moncong senjata terus kalian arahkan
kalian lupa pada pergantian siang dan malam
tuan tidak bersaksi kecuali bagi diri sendiri
kepada kalian aku bernubuat
aku telah menatap langit ketika kumukimi bumi
aku makin peduli pada bumi saat kusinggahi langit
untuk kalian aku bermunajat
aku telah menatap langit ketika kumukimi bumi
aku makin peduli pada bumi saat kusinggahi langit
untuk kalian aku bermunajat
Palembang, Rabiul Awal 1431
Tidak ada komentar:
Posting Komentar