Aer Terkini - "Wilayah Dilarang Ngetrek. Melanggar, Warga Bertindak". Kalimat itu tertulis di sebuah spanduk berwarna kuning yang dibentangkan di pinggir Jalan Raya Lenteng Agung, tepatnya di jalur antara Universitas Pancasila-Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Warga di RW 04 Kelurahan Srengseng Sawah sengaja memasang spanduk tersebut sebagai peringatan kepada anak-anak muda yang suka trek-trekan di jalur tersebut hampir setiap malam. Warga merasa gerah karena adu cepat sepeda motor itu membuat bising warga yang tengah terlelap. Apalagi jalur trek-trekan itu tidak jauh dari pemukiman warga.
"Hampir setiap malam Pak RW terpaksa keluar malam-malam bersama sejumlah warga untuk memberi peringatan pada pembalap jalanan tersebut. Saking kesalnya Pak RW membuat spanduk peringatan tersebut," jelas Mulyono warga setempat yang
berjualan rokok di pinggir jalan tersebut, Jumat (25/6/2010).
Tapi rupanya, peringatan keras yang dilakukan warga RW 04 tersebut hanya berjalan efektif selama 1 bulan saja. Sebab setelah itu, para pembalap liar tersebut kembali membuat bising wilayah tersebut. Bahkan saat ini, hampir setiap malam mereka beradu cepat dalam rentang 1 km ruas jalan itu.
Ketua RW 04, Kelurahan Srengseng Sawah, Hasbullah mengaku, dia dan pengurus RT sudah merasa kerepotan kerepotan mengatasi orang yang trek-trekan itu. Begitu warga menghalau mereka segera pergi, tak lama kemudian mereka datang kembali.
Bukan hanya warga kerepotan menghalau para pembalap liar. Petugas polisi dari Polsek Jagakarsa maupun Provost dari komplek-komplek militer yang ada di kawasan tersebut juga mengalami kerepotan dalam mengatasi balap liar di wilayah itu.
"Sebenarnya banyak di antara mereka yang sudah diamankan serta dinasehati. Namun tetap saja mereka tetap melakukan trek-trekan. Memang setiap dilakukan penertiban mereka langsung lari. Tapi tak lama kemudian mereka muncul lagi," jelas Hasbullah.
Yang membuat warga semakin kesal, para pembalap liar yang sering kebut-kebutan di depan kampus Universitas pancasila tersebut, kebanyakan orang dari luar wilayah tersebut. Menurut Hasbullah, mereka ada yang dari Kota, Kebon Jeruk, Parung, Depok, dan Cempaka Putih.
Para pembalap motor liar tersebut sengaja datang dari jauh lantaran tergiur taruhan uang dalam trek-trekan tersebut. Bahkan total uang yang dipertaruhkan mencapai jutaan rupiah. Hal ini diungkapkan oleh Ocid, salah satu anggota geng pembalap liar di depan kampus Universitas Pancasila. "Kita satu tim patungan untuk uang taruhan," kata Ocid
Ocid, yang tinggal di wilayah Sawangan, Depok, mengatakan biasanya taruhan dalam balapan itu minimal Rp 5 juta rupiah. Malah terkadang jumlah uang yang dipertaruhkan mencapai belasan juta rupiah. Selain soal uang, reputasi masing-masing kelompok pembalap liar ini juga dipertaruhkan di jalanan. Apalagi sejumlah kelompok pembalap liar yang disokong oleh salah satu bengkel.
"Kalau soal uang sih paling kalau menang buat pesta-pesta aja. Tapi yang paling kita cari adalah gengsi," jelas Ocid, yang masih duduk di bangku SMA ini.
Gengsi yang dicari kelompok pembalap liar ini, selain kepiawaian pembalapnya dalam memacu kendaraan roda dua juga soal korekan mesin. Biasanya, kelompok yang sering memenangkan balapan di jalanan akan kebanjiran order menyeting mesin dari kelompok-kelompok yang lain.
Karena gengsi dan juga uang kelompok pembalap liar ini akhirnya menyatroni sejumlah jalan raya di Jakarta yang biasanya dijadikan ajang trek-trekan. Dengan ikut trek-trekan di sejumlah wilayah mereka berharap nama kelompok mereka bisa berkibar di kalangan para pembalap jalanan di Jakarta.
Informasi yang dirilis TMC Polda Metro Jaya, di wilayah Jakarta terdapat puluhan lokasi yang biasanya dijadikan ajang trek-trekan. Untuk Jakarta Pusat, antara lain di Jl Landasan Pacu,Tanah Abang, Karet, Jl Asia Afrika, Jl Pramuka, serta Jl Proklamasi.
Di Jakarta Selatan biasanya trek-trekan dilakukan di Cipete, D Best Fatmawati, di depan Universitas Pancasila, Tanjung Barat, PGA Lebak Bulus, Jl Buncit Raya, dan Permata Hijau. Untuk wilayah Jakarta Timur, lokasi trek-trekan ada di depan Masjid At-tien TMII, terowongan Kelapa Dua Wetan, Jl Raya Cibubur depan PT CIBA-CIBI, Jl I Gusti Ngurah Rai, Jl Basuki Rahmat, serta Jatiwarna. Sementara di wilayah Jakarta Barat balapan liar sering terjadi di Jl Panjang, Jl Daan Mogot, dan di depan RS Graha Medika, dan Kebon Jeruk.
Maraknya aksi trek-trekan di Jakarta tentu saja membuat banyak warga atau pengguna jalan yang merasa terganggu. Parahnya lagi, para pembalap-pembalap liar tersebut seakan tidak pernah kapok sekalipun pernah ditangkap atau mengalami kecelakaan saat trek-trekan.
Warga di RW 04 Kelurahan Srengseng Sawah sengaja memasang spanduk tersebut sebagai peringatan kepada anak-anak muda yang suka trek-trekan di jalur tersebut hampir setiap malam. Warga merasa gerah karena adu cepat sepeda motor itu membuat bising warga yang tengah terlelap. Apalagi jalur trek-trekan itu tidak jauh dari pemukiman warga.
"Hampir setiap malam Pak RW terpaksa keluar malam-malam bersama sejumlah warga untuk memberi peringatan pada pembalap jalanan tersebut. Saking kesalnya Pak RW membuat spanduk peringatan tersebut," jelas Mulyono warga setempat yang
berjualan rokok di pinggir jalan tersebut, Jumat (25/6/2010).
Tapi rupanya, peringatan keras yang dilakukan warga RW 04 tersebut hanya berjalan efektif selama 1 bulan saja. Sebab setelah itu, para pembalap liar tersebut kembali membuat bising wilayah tersebut. Bahkan saat ini, hampir setiap malam mereka beradu cepat dalam rentang 1 km ruas jalan itu.
Ketua RW 04, Kelurahan Srengseng Sawah, Hasbullah mengaku, dia dan pengurus RT sudah merasa kerepotan kerepotan mengatasi orang yang trek-trekan itu. Begitu warga menghalau mereka segera pergi, tak lama kemudian mereka datang kembali.
Bukan hanya warga kerepotan menghalau para pembalap liar. Petugas polisi dari Polsek Jagakarsa maupun Provost dari komplek-komplek militer yang ada di kawasan tersebut juga mengalami kerepotan dalam mengatasi balap liar di wilayah itu.
"Sebenarnya banyak di antara mereka yang sudah diamankan serta dinasehati. Namun tetap saja mereka tetap melakukan trek-trekan. Memang setiap dilakukan penertiban mereka langsung lari. Tapi tak lama kemudian mereka muncul lagi," jelas Hasbullah.
Yang membuat warga semakin kesal, para pembalap liar yang sering kebut-kebutan di depan kampus Universitas pancasila tersebut, kebanyakan orang dari luar wilayah tersebut. Menurut Hasbullah, mereka ada yang dari Kota, Kebon Jeruk, Parung, Depok, dan Cempaka Putih.
Para pembalap motor liar tersebut sengaja datang dari jauh lantaran tergiur taruhan uang dalam trek-trekan tersebut. Bahkan total uang yang dipertaruhkan mencapai jutaan rupiah. Hal ini diungkapkan oleh Ocid, salah satu anggota geng pembalap liar di depan kampus Universitas Pancasila. "Kita satu tim patungan untuk uang taruhan," kata Ocid
Ocid, yang tinggal di wilayah Sawangan, Depok, mengatakan biasanya taruhan dalam balapan itu minimal Rp 5 juta rupiah. Malah terkadang jumlah uang yang dipertaruhkan mencapai belasan juta rupiah. Selain soal uang, reputasi masing-masing kelompok pembalap liar ini juga dipertaruhkan di jalanan. Apalagi sejumlah kelompok pembalap liar yang disokong oleh salah satu bengkel.
"Kalau soal uang sih paling kalau menang buat pesta-pesta aja. Tapi yang paling kita cari adalah gengsi," jelas Ocid, yang masih duduk di bangku SMA ini.
Gengsi yang dicari kelompok pembalap liar ini, selain kepiawaian pembalapnya dalam memacu kendaraan roda dua juga soal korekan mesin. Biasanya, kelompok yang sering memenangkan balapan di jalanan akan kebanjiran order menyeting mesin dari kelompok-kelompok yang lain.
Karena gengsi dan juga uang kelompok pembalap liar ini akhirnya menyatroni sejumlah jalan raya di Jakarta yang biasanya dijadikan ajang trek-trekan. Dengan ikut trek-trekan di sejumlah wilayah mereka berharap nama kelompok mereka bisa berkibar di kalangan para pembalap jalanan di Jakarta.
Informasi yang dirilis TMC Polda Metro Jaya, di wilayah Jakarta terdapat puluhan lokasi yang biasanya dijadikan ajang trek-trekan. Untuk Jakarta Pusat, antara lain di Jl Landasan Pacu,Tanah Abang, Karet, Jl Asia Afrika, Jl Pramuka, serta Jl Proklamasi.
Di Jakarta Selatan biasanya trek-trekan dilakukan di Cipete, D Best Fatmawati, di depan Universitas Pancasila, Tanjung Barat, PGA Lebak Bulus, Jl Buncit Raya, dan Permata Hijau. Untuk wilayah Jakarta Timur, lokasi trek-trekan ada di depan Masjid At-tien TMII, terowongan Kelapa Dua Wetan, Jl Raya Cibubur depan PT CIBA-CIBI, Jl I Gusti Ngurah Rai, Jl Basuki Rahmat, serta Jatiwarna. Sementara di wilayah Jakarta Barat balapan liar sering terjadi di Jl Panjang, Jl Daan Mogot, dan di depan RS Graha Medika, dan Kebon Jeruk.
Maraknya aksi trek-trekan di Jakarta tentu saja membuat banyak warga atau pengguna jalan yang merasa terganggu. Parahnya lagi, para pembalap-pembalap liar tersebut seakan tidak pernah kapok sekalipun pernah ditangkap atau mengalami kecelakaan saat trek-trekan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar